Thursday 10 October 2019

KEJAWEN ADALAH BUKAN AGAMA

                 

 DAHULU PADA JAMAN BUNG KARNO ADA SEKELOMPOK ORANG YG MENG-AGAMAKAN LALU DIBUBARKAN DAN PADA WAKTU JAMAN SOEHARTO DIHIDUPKAN KEMBALI MELALUI PERKUMPULAN "SUBUD" SEBAGAI, PENGEJAWANTAHAN KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA.

   KEJAWEN MEMPUNYAI ARTI: PRILAKU-NYA ORANG2 TANAH JAWA YG "BERBUDI PEKERTI".
   ULASAN INI AKAN MENJADI PENJELASAN KEJAWEN tentu saja tidak memiliki KITAB SUCI sebagaimana layaknya semua agama2 yang ada.
1. Karena KEJAWEN bukanlah AGAMA melainkan pandangan hidup yang sudah turun temurun ribuan tahun, melalui proses asimilasi dan sinkretisme dengan nilai-nilai agama yang pernah ada di bumi nusantara.
“Kitab Suci” Kejawen adalah hidup itu sendiri.
Hidup yang meliputi jagad gumelar. Terdiri dari kehidupan sehari-hari, kesejati di dalam diri, dan apa yang ada di dalam lingkungan alam sekitarnya. Semua itu disebut sebagai “kitab satra jendra”.
Cara membacanya bukan dengan ucapan lisan, melainkan dengan perangkat ngelmu titen yang berlangsung turun-temurun. Membaca “kitab sastra jendra” dengan menggunakan ngelmu titen, indera yang digunakan adalah indera keenam (six-sense) atau indera batin. Keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam mengolah rahsa-pangrasa yakni rasajati atau rahsa sejati.

2. Di samping nilai-nilai kearifan local yang adiluhung, Kejawen menjadikan nilai- nilai “impor” yang dinilai berkualitas sebagai bahan baku yang dapat diramu dengan nilai kearifan local. Keuntungannya justru terjadi proses penyempurnaan seperangkat nilai dalam pandangan hidup Jawa atau Kejawen. Jika definisikan, mistik kejawen merupakan hasil dari interaksi nilai-nilai kearifan local yang terjadi sejak zaman kuno pada masa kebudayaan spiritual animisme, dinamisme, dan monotesime hingga saat ini. Sikap terbuka, menghargai dan toleransi, serta dasar spiritual cinta kasih sayang membuat Kejawen mudah menerima anasir asing yang positif. Berbeda dengan nilai agama yang bersifat statis, kaku atau saklek dan anti-perubahan, nilai-nilai dalam falsafah hidup Jawa bersifat fleksibel dan selalu berusaha mengolah nilai-nilai kebudayaan asing yang masuk ke nusantara misalnya Budha, Hindu, Islam, Kristen, dan sebagainya. Yang terjadi bukanlah kebangkrutan nilai-nilai falsafah Jawa itu sendiri, sebaliknya justru mengalami penyempurnaan seiring perjalanan waktu. Hingga terdapat anekdot, kalau nilai agama masuk sampai mendarah- daging, pandangan hidup Jawa bahkan mbalung-sungsum sehingga tidak pernah lapuk dan selalu eksis. Tidak hanya pada usia tua, bahkan masyarakat usia muda banyak pula yang diam- diam menghayati dan mengakui fleksibilitas dan kedalaman falsafah Kejawen. Seperti kekuatan misterius, terkadang semangat penghayatan dirasakan tiba- tiba muncul dengan sendirinya seperti panggilan darah.

3. Ritual, yang dilakukan oleh penghayat falsafah hidup Jawa.
Walaupun latar belakang keagamaan masyarakat Jawa berbeda-beda, namun memiliki unsur kesamaan dalam tata laksana ritual Jawaisme. Bedanya hanyalah pada bahasa yang digunakan dalam doa atau mantra. Namun hakekat dari ritual adalah sama saja yakni bertujuan untuk selamatan. Selamatan adalah tata laku untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Suci. Maka dalam ritual banyak terdapat ubo rampe, atau syarat-syarat sesaji, di dalamnya banyak sekali mengandung maksud permohonan doa kepada Tuhan YME.
Misalnya pada saat bulan Ruwah merupakan bulan arwah dilaksanakan acara selamatan nyadran. Bulan ruwah tepatnya satu bulan menjelang bulan puasa, hendaknya orang memuliakan para arwah leluhurnya, mendoakannya agar mendapat tempat yang mulia, luhur, dan suci. Dibuatlah ketan, kolak dan kue apem, berarti sedaya kalepatan nyuwun pangapunten. Mohon ampunan atas segala kesalahan semasa hidup. Apem berarti affuwwun, adalah lambang permohonan ampunan kepada Tuhan. Dilanjutkan acara nyekar atau ziarah dan gotong royong bersih-bersih serta merawat makam para leluhurnya sebagai wujud tindakan nyata.

Friday 27 September 2019

Ungkapan syukur munajat tuhan




Semua usaha akan sia-sia tanpa di sertai do'a.
Berdoa tanpa usaha pun sama kurang lengkapnya.

Monday 11 March 2019

KI HAJAR HARJO UTOMO





KI HAJAR HARJO UTOMO

1. Ki Hajar Harjo Utomo lahir di Madiun tahun 1890. Nama kecil beliau adalah Mingun yang saat beliau dewasa dipanggil Harjo.

2. Tahun 1905, Lulus SD (Sekolah kelas II atau HIS) kemudian magang guru di SD Beteng Madiun. Karena tidak cocok dengan bakatnya, Bapak Harjo Utomo bekerja di SS (PJKA) sebagai Leerling Boombts di Bondowoso, Panarukan, dan Tapen. Sikapnya terlalu berani kepada atasan, kemudian meninggalkan pekerjaan dan pulang ke Madiun.

3. Tahun 1906, Menjadi mantri pasar di pasar Spoor Madiun. Empat bulan ditempatkan di Mlilir, mendapat promosi karena dapat memungut pleser penjual kayu yang sengaja tidak bersedia membayar pleser. Diangkat menjadi ajunct opsioner pasar Mlilir, Dalapa, Uteran, dan Pagotan, belum 1 tahun keluar.

4. Tahun 1916, Menikah dan bekerja di pabrik gula Rejo Agung Madiun. 

5. Tahun 1917, ujian Boombte rumah gadai. Setelah lulus kemudian keluar dari pabrik gula Rejo Agung sambil menunggu panggilan rumah gadai. Selama menganggur satu tahun, bertemu orang tua dari Tuban.
Diajak jalan-jalan malam di Derde kanaal (tiga kanal) Jiwan Madiun. Mendapat lambang baik kemudian bekerja di stasiun Madiun sebagai pekerja harian. Mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” memberantas rentenir VSTD (Persatuan Pegawai KA). Kemudian diangakt menjadi Hoofd Commissariesmen Madiun. Pada tahun ini juga beliau nyantrik ke Pak Suro menjadi calon anggota SH. Pada tahun itu SH baru berdiri dengan nama “Jaya Gendilo Cipto Mulyo”. Bapak Harjo Utomo menjadi SH-wan yang disayang Pak Suro.

6. Tahun 1922, dalam keadaan menganggur, Bapak Harjo Utomo berkeliling mendirikan SH Pencak Sport Club. Seiring berjalannya waktu SH Pencak Sport Club berubah nama menjadi Pemuda Sport Club (SH PSC) yang pertama kali berdiri di Pare Kediri. Siswa pertamanya adalah Sdr. IDRIS di Dandang Lonceret (Nganjuk). Siswa yang lain adalah: MUJINI dan JAYAPANA, sisanya tersebar di Kertosono, Jombang, Ngantang, Madiun, Lamongan, Yogyakarta, dan Solo. Pendirian Pencak ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan semangat keberanian kepada penjajah Belanda. Dengan kegiatan tersebut beliau sering keluar masuk tahanan, juga karena aksi buruh di SS (PJKA).

7. Tahun 1923, Masuk Sarekat Islam (SI) menjadi pengurus. Kemudian memimpin pemogokan bersama Sdr. Jayadiharja. Bapak Harjo Utomo dipecat. SI pecah menjadi SI Hijau dan SI Merah, dimana SI Merah diketuai oleh Joyodiharjo dan Bapak Harjo Utomo sebagai penulis. Bapak Harjo Utomo keluar masuk tahanan dan akhirnya ayahnya meninggal.

8. Tahun 1925, pulang dari tahanan. Putrinya yang bernama Harsining sudah berumur 1 tahun 6 bulan.

9. Tahun 1926, ditangkap lagi saat Ibu Harjo mengandung 6 bulan (Harsono). Dalam penjara Madiun tercium adanya gejala pemberontakan. Bapak Harjo terlibat dalam kasus tersebut, sehingga tahanannya ditambah 5 tahun. Bapak Harjo dipindahkan ke bui Cipinang, 2 bulan pindah ke bui Padang Panjang (Sumatra).

10. Tahun 1931, beliau pulang dari pembuangan. Mulai tahun inilah menetap di Pilangbango Madiun dan memberikan pelajaran Pencak (SH PSC). Sejak menetap di Pilangbango nama Mingun dirubah menjadi Hardjo. Ki Hadjar adalah gelar yang disematkan pada beliau oleh para muridnya sebagai penghargaan sebagai guru. Adapun penghidupannya selalu tidak tetap, pernah ditolong Pak Suraji menjadi Rectewtenen (Direktur tenun), Redactur harian, dan juga Pakrul (Pengacara).

11. Tahun 1932, Bapak SUNAR (keponakan Bapak Harjo Utomo), Bapak HARJO MARJUT (anak angkat Bapak Harjo Utomo), dan SUNYONO WARDOYO mulai berlatih Pencak ke Bapak Harjo Utomo. Latihan diadakan di Pilangbango.

12. Tahun 1933, Bapak SUWARNO (Oro-Oro Ombo), Bapak SURATNO (Oro-Oro Ombo), Bapak IRSYAD dan Bapak SANTOSA dari Surabaya.

13. Pada tahun 1934 LULUSLAH KADE PERTAMA SETIA HATI DIBAWAH ASUHAN BAPAK HARJO UTOMO, yang terdiri dari : 


  1. Bapak Sunar ( keponakan beliau )
  1. Bapak Harjo Marjut ( anak angkat beliau ) 
  1. Bapak Sunyono Wardoyo 
  1. Bapak Suratno 
  1. Bapak  Irsyad
  1. Bapak santoso
  • a. Jl. Ponorogo, Madiun, dibawah Leider Bp. Sumo Sudarjo 
  • b. Ponorogo, dibawah leider Bp. GUTOMO 
  • c. Di Oro2 Ombo Madiun, dengan pimpinan Sdr. Suwarno 
  • d. Di Kapatihan Madiun, dipimpin Bp. Harjo Sayono
  • e. Di Taman Siswa, dipimpin Bp. Sunaryo & Bp. SUKOCO 
  • f. Klegen Madiun , dipimpin Bp. Sumodiran 
  • g. Pengangangan Madiun, dipimpin Bp. Harjo Pramodjo 
  • h. Saradan Madiun, dipimpin Bp. M. Irsyad 
  • i.  Di Muhammaddiyah Madiun, dipimpin Bp. Suwarno 
  • j. Cabang Sala, dipimpin Bp. DARSONO
Leider Cabang diluar Madiun :
  • a.Maospati, dipimpin Bp. ISLAM dan Bp. SOEMO SOEDARDJO, juga meliputi Magetan
  • b. Saradan, dipimpin Bp. M. Irsyad 
  • c. Pati, dipimpin Bp. Sumo Sudarjo 
  • d. Ponorogo, dirangkap oleh Bp. Suwarno (Bp. Gutomo dipindah ke Jombang) 
  • e. Sala, dipimpin Bp. Darsono, yang kemudian diganti oleh Bp. MURTAJI WIJAYA, dibawah pengawasan Bp. Suwarno
  • a.SETIA HATI WINONGO, dibawah pimpinan Bp.Mustomo 
  • b. SH. PSC, dibawah pimpinan Bp. Suwarno 
  • c. TUHU TEKAD, dibawah pimpinan Bp. Subeni
  • d. BUDINING TARUNG, dibawah pimpinan Bp.Djarmin 
  • e. PAS ANDALAS, dibawah pimpinan Bp. Ilyas 
  • f. PECUT JAKARTA, dibawah pimpinan Bp. Diran 
  • g. SADEWA, dibawah pimpinan Bp. Panji Suryonitiharjo
  • h. SUMARAH, dibawah pimpinan      Bp.Musirin 
  • i. CIMANDE, dibawah pimpinan Bp. Wirya dari Cianjur

14. Tahun 1934 bersamaan dengan lulusnya kader pertama Setia Hati, masuk pula menjadi siswa SH antara lain : 
a. Bapak HARJO SUYONO 
b. Bapak SUMODIRAN 
c. Bapak SUTOMO 
d. Bapak SUMODIRJO 
e. Bapak BADINI 
f. Bapak PAMUJI (Laksamana Purnawirawan)

15. Tahun 1935 diadakanlah RAPAT penggantian nama PENCAK SPORT CLUB menjadi PEMUDA SPORT CLUB, dan sekaligus dibentuk pengurus organisasinya yang terdiri dari :
Bp. Harjo Utomo, Bp. Santosa, Bp. Sutomo, Bp. SUNARYO, Bp. DANU, Bp. Sunyono.

16. Pada tahun 1936, telah terbentuk Cabang2 pelatihan SH. PSC. Antara lain di:


17. Pada tahun 1937, diadakan CONGGRES PERTAMA, yang menghasilkan keputusan reorganisasi antara lain: PENGURUS PUSAT: Bp.Harjo Utomo, Bp. Sumo Sudarjo, Bp. Sunaryo, Bp. Suwarno, Bp. Danu.

18. Pada tahun 1938, terjadi penyempurnaan Leiderschaap SH. PSC. Sebagai berikut:
Bp. Harjo Utomo, Bp. Sumo Sudarjo, Bp. HARJO GIRING, Bp. Sunaryo, Bp. Danu, Bp. Sumodiran, Bp. Harjo Pramojo, Bp. Suwarno.



19. Pada tahun 1940, dengan Bp. Harjo Utomo sakitnya bertambah parah, maka diadakan reformasi, dimana UNTUK SEMENTARA MANDAT PENUH SEBAGAI PIMPINAN PUSAT DISERAHKAN KEPADA Sumo Sudarjo. Dimana tidak lama kemudian Sumo Sudarjo pindah pekerjaan ke Surabaya, sehingga otomatis pimpinan pusat menjadi kosong.

20. Pada tahun 1942, PECAH PERANG DUNIA, dan Jepang masuk secara mendadak ke Indonesia, dan SH. PSC. Menjadi berhenti sementara.

21. Pada tahun 1943, oleh Pemerintah DAE NIPPON telah diijinkan kembali bahkan pencak silat agar DIHIDUPKAN KEMBALI dibawah suatu ikatan dengan nama : SHI THAI KU KAI, dimana Bp. Suwarno ditunjuk sebagai pimpinan pelatih kota.
Perkumpulan Pencak Silat di Madiun yang tergabung dalam SHI THAI KU KAI pada saat itu adalah: 


22. Tahun 1951, tepatnya tanggal 25 Maret diadakan deklarasi pendirian Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Nama Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan usulan dari Bapak Suratno Surengpati sejak tahun 1948. Tempat deklarasi di rumah saudara Santosa Jalan Dr. Sutomo No.76 Madiun. Di ikuti oleh 30 kadang       Setia Hati, antara lain: RM.Sutomo Mangkujoyo, Santosa Kartoatmodjo, Moh. Irsyad, Harjo Pramodjo (Harjo Marjut), RADEN SUMAJI, RADEN BAMBANG SUDARSONO, Jendro Darsono, SUGIARTO, Sumo Sudardjo, ARSIDIN, Harjo Giring, HARJO WAGIRAN, HARSONO, Badini, SUHARYO, UTOMO MULYOPROJO, HADIWIJOYO, UMAR KARSONO, SALYO HS, MUNTORO, SULAIMAN, Sumodiran, SUKIMAN, MAKUN, SAYOGYO, ASMADI, DARMADI, SUYONO, ASMUNGI, SASTRO BASUKI.

23. Hari Ahad Pahing tanggal 18 April 1952, Bapak Harjo Utomo wafat. Karena jasajasa sebagai Perintis Kemerdekaan, beliau mendapatkan pensiun sebagai pahlawan Perintis Kemerdekaan.

Friday 8 March 2019

Kriteria atau syarat untuk LATIHAN PSHT.


Ada yang berkata...

"Saya dari keluarga yang kurang mampu"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya tdk berpendidikan tinggi"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya mantan preman"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya bertato"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya punya cidera pernah patah tulang"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya punya penyakit dalam"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya sudah berkeluarga"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya tidak bisa membaca dan menulis"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya berbeda agama"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya bukan orang indonesia"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya pernah Ikut perguruan lain"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya buta warna"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?
"Saya bukan keturunan manusia"
Apakah saya bisa ikut LATIHAN PSHT?

Semua itu adalah pertanyaan yg sering orang awam ajukan ke kami,

Semoga dengan tulisan ini semua bisa paham dan tanpa ragu dengan kemampuan diri sendiri,

Di psht itu tidak pernah ada larangan untuk siapapun yg ingin bergabung dan menjalin persaudaraan lewat organisasi ini,

jika kamu memiliki kekurangan sudah sudah takdirnya kita sbg manusia untuk bisa saling melengkapi,

Tidak perduli asal mu dr mana,
agama mu apa, warna kulit mu apa, suku mu apa, kekurangan mu apa, cerita masa lalumu bagaimana,
jika memang kalian niat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi bagian dr kami pasti kami dengan senang hati menyambut kehadiran kalian tanpa membahas kekurangan atau masalah tersebut,

Dan tidak kalah penting bahwa Di psht juga terdapat seleksi alam yg bahkan bisa menyingkirkan yg terkuat dan menjadikan yg terlemah untuk sampai ke pengesahan,
semua tergantung pada diri masing-masing seberapa niat dan kesungguhan dalam berlatih (sepiro gedene sengsoro yen tinompo amung dadi cubo).

Di psht kami bukan menyeleksi, memilih maupun memilah siapa yg berhak menjadi bagian dr keluarga besar psht,
dengan nama PERSAUDARAAN kami belajar untuk saling bertanggung jawab, menjaga, mengasihi, dan juga melengkapi.

Pada intinya psht bukan sekedar bela diri tp ada persaudaraan, ke sh an, kesenian, olah raga dll,
Di sini kami belajar saling merasakan kesusahan satu sama lain, salah satu salah semua, sakit satu merasa sakit semua itulah indahnya persaudaraan di psht,
Jangan pernah takut, malu, maupun minder untuk bergabung dengan kami, 

percayalah pada diri kalian sendiri maka kami juga akan mempercayai kalian,
semangat kalian semangat kami juga, keringat kalian keringat kami juga,,,

"Salam Persaudaraan"

PSHT RAYON CIBESEL

Wednesday 13 February 2019

SEJARAH ALASAN SH TIDAK BOLEH BERPOLITIK PRATIS.


        Dalam ad/art SH Terate Bab III pasal 4 ayat 3 sudah jelas berisikan tentang LARANGAN Organisasi berkejasama atau berafiliasi dengan partai maupun gerakan politik manapun.
        Larangan tertulis dan normatif tentang larangan SH berafiliasi dengan gerakan politik manapun dimulai pada era tahun 1960 - 1965, dimana suhu politik tanah air kala itu sangat panas antara kubu komunis dengan kubu nasionalis & islam. 
        Di SH Terate antara tahun tahun politik tersebut dikarenakan pengaruh ideologi yang kuat juga terjadi perpecahan antar saudara, banyak pengurus sepuh SH Terate yang tidak aktif atau bahkan mengundurkan diri dari organisasi hingga puncaknya adalah peristiwa G30S/PKI, 
sementara di Winongo ditahun yang sama juga terjadi hal yang sama di mana banyak saudara tua meninggal, sebulan setelah pemberontakan PKI pada 15 Oktober.
Bpk RDH Soewarno ditugaskan untuk menghalau pengaruh ideologi dan sebagai Hankam beliau mengkader & mewadahi saudara saudara di Winongo dalam SH Winongo Tunas Muda. 
Sejak peristiwa kelam tersebut SH Terate vacum/ tidak berkegiatan sementara dikarenakan banyak
sesepuh yang hilang, ditahan atau meninggal dunia (semoga Allah menerima disisinya).
Hingga tanggal 11 Agustus 1966 digelar rapat pengurus pusat SH Terate di Madiun untuk menyelamatkan SH Terate. 
Dengan hasil keluarlah SURAT INTRUKSI 006/Sec/SHT/66 yang ditandatangani Ketua I SH Terate Soetomo Mangkoedjojo dan Sekretaris R. Koeswanto BA dengan salah satu hasilnya adalah SH Terate bersikap NETRAL dan membebaskan diri dari kepentingan POLITIK PRAKTIS.
sejarah telah mengajarkan kita untuk tidak berbuat salah ke dua kalinya.

Utamakan persaudaraan

Monday 4 February 2019

MUKADIMAH PSHT



MUKADIMAH PSHT
          Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan;
demikian pun kehidupan  manusia sebagai mahkluk Tuhan yang terutama,
hendak menuju keabadian kembali kepada causa prima titik tolak segala sesuatu yang ada,
melalui tingkat ke tingkat namun tidak setiap insan menyadari bahwa apa yang dikejar-kejar itu
telah tersimpan menyelinap di lubuk hati sanubarinya.

          SETIA HATI sadar menyakini akan hakiki hayati itu dan akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai
selubung hati nurani dimana “SANG MUTIARA HIDUP” bertahta.

          Pencak silat salah satu ajaran SETIA HATI dalam tingkat pertama
berintikan seni olah raga yang mengandung unsur pembelaan diri untuk
 mempertahankan kehormatan, keselamatan dan kebahagiaan dari kebenaran terhadap setiap penyerang.

          Dalam pada itu SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan dari kebenaran hidup yang
sesungguhnya bukanlah insan, mahkluk atau kekuatan yang diluar dirinya;
Oleh karena itu pencak silat hanyalah suatu syarat untuk mempertebal kepercayaan
kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi.`

          Maka SETIA HATI pada hekekatnya tanpa mengingkari segala martabat-martabat keduniawian,
tindak kandas/tenggelam pada jajaran Pencak Silat sebagai pendidikan ketubuhan saja,
melainkan lebih menyelami kedalam
lambang pendidikan kejiawaan untuk memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi lepas dari pengaruh rangka dan suasana.

          Sekedar syarat bentuk lahir, disusunlah Organisasi dalam rangka
“Persaudaraan Setia Hati Terate”, sebagai ikatan antara saudara “SETIA HATI”
(SH) dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita.

Di susun oleh : Bpk. Djendro Dharsono (1951)

Video mukadimah psht