SEKRETARIAT KAMI : Jl. Panca Warga 41, RT.2/RW.5, Cipinang Besar Sel., Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13410 Telp_ +62 857-1492-7306 _ 081289307944
Thursday, 21 December 2017
RIWAYAT HIDUP SINGKAT KI NGABEHI SOERODIWIRYO PENDIRI AJARAN S.H
SILSILAH .
Ki Ngabehi Soerodiwiryo , Nama kecilnya MAS MOHAMAD MASDAN , dilahirkan pada
tahun 1876 M , putra sulung Ki Ngabehi Soeromihardjo mantri cacar di Ngimbang
Jombang Jawa Timur , keturunan Bupati Gresik Surabaya yang juga keturunan dari Batoro
Katong di Ponorogo , Putra Prabu Brawidjaya Madjapahit .
Putra Ki Ngabehi Soeromihardjo ada 5 ( lima ) orang :
1. Ki Ngabehi Soerodiwiryo ( Masdan ) .
2. Noto ( Gunari ) , di Surabaya .
3. Adi ( Soeradi ) , di Aceh .
4. Wongsohardjo , di Madiun .
5. Kartodiwiryo , di Jombang
Ki Ngabehi Soeromiharjo ayah Ki Ngabehi Soerodiwiryo mempunyai saudara bernama
Mas Ngabehi Soerodiprojo yang semula Wedono Wonokromo kemudian jadi Wedono
Sedayulawas .
Ki Ngabehi Soeromiharjo adalah saudara sepupu ( nak –ndulur ) dari R.A.A.Serang S.
Bupati Gresik .
RIWAYAT HIDUP .
Pada Th.1890 ( usia 14 tahun ) Ki Ngabehi Soerodiwiryo lulus S.R 4 th , kemudian
diambil sebagai putra oleh pamannya (pak-de), yaitu Mas Ngabehi Soerodiprojo Wedono
Wonokromo , yang kemudian Wedono Sedayulawas .
Pada Th.1891 (usia 15 Th.) Ki Ngabehi Soerodiwiryo disuwita-kan kepada seorang
Kontrolir Bangsa Belanda dan diberi pekerjaan sebagai magang ‘juru tulis’ (Volontair)
tidak bergaji . Ki Ngabehi Soerodiwiryo bertempat tinggal serumah dengan Tuan Kontrolir
di Jombang , mendapat pakaian dan makan .
Beliau diserahi mengawasi (momong) putra Tuan Kontrolir yang masih kecil sesudah
pulang dari kantor .
Diwaktu istirahat pada sore hari , Ki Ngabehi Soerodiwiryo mengaji agama Islam di
Pondok Tebu Ireng Jombang . Selain mempelajari agama , beliau dengan teman-temannya
belajar ‘pencak silat’ pada beberapa orang guru pencak .
Pada Tahun 1892 Tuan Kontrolir dipindah ke Bandung , dimana Ki Ngabehi
Soerodiwiryo ikut pula ke Bandung dan disana juga mendapat pekerjaan seperti di
Jombang , dan tetap bertempat tinggal di Loji Kontroliran dengan tetap tidak digaji tetapi
mendapat uang saku .
Di daerah Parahiangan inilah Ki Ngabehi Soerodiwiryo berkesempatan menambah
kepandaian Pencak Silat dari beberapa pendekar selama 1 ( satu ) tahun . Karena berbakat
dan berkemauan keras , serta dapat berpikir cepat maka beliau dapat menghimpun
bermacam langkah gerak permainan , misalnya Cimande , Cikalong , Cipetir , Cibediyut ,
Cilamaya , Ciampea , dan Sumedang .
Pada Th.1893 Tuan Kontrolir dipindah kekota yang lebih besar lagi , ialah ke Betawi
(Jakarta) .
Ki Ngabehi Soerodiwiryo pun turt pindah beserta keluarga Kontrolir tadi , dan
tugasnya pun masih tetap sama seperti di Jombang dan di Bandung .
Di Kota Betawi ini juga Tuan Kontrolir hanya tinggal satu tahun , tetapi Ki Ngabehi
Soerodiwiryo tetap dapat menggunakan waktu yang singkat ini untuk menambah
pengetahuannya antara lain permainan Betawen , Kwitangan , Monyetan dan Toya .
Pada Th.1894 Tuan Kontrolir diangkat sebagai Wk. Asisten Resident di Bengkulen , dan
Ki Ngabehi Soerodiwiryo ( usia 18 th ) ikut serta pindah ke Bengkulu .
Di daerah ini beliau dapat melihat permainan pencak silat yang gerakan-gerakannya
menyerupai ‘pencak silat’ di jawa barat .
Kurang lebih 6 bulan kemudian pada th.1894 Tuan Kontrolir itu diangkat sebagai Asisten
Resident dan dipindahkan ke Padang . Oleh karena seorang Asisten Resident
berkedudukan tinggi dan berpengaruh maka Ki Ngabehi Soerodiwiryo diangkat sebagai
pegawai , masuk daftar gaji tetapi tetap magang juru tulis di Kantor Asisten Resident dan
tetap bertempat tinggal pada keluarga Asisten Resident , sambil mengawasi putra Asisten
Resident yang sudah mulai agak besar .
Di Daerah Padang dan sekitarnya inilah Ki Ngabehi Soerodiwiryo dapat melihat
mempergunakan kesempatan mempelajari Pencak Silat yang berbeda dengan permainan di
jawa timur dan di jawa barat . Di daerah Sumatra terkenal tiap-tiap kampung mempunyai
perkumpulan-perkumpulan pencak silat .
Hampir kurang lebih 2 tahun Ki Ngabehi Soerodiwiryo di daerah ini mempelajari pencak
silat dari beberapa perkumpulan berganti-ganti hingga merasa puas .
Disamping pelajaran pencak silat , beliau pun mendapat pelajaran-pelajaran Ilmu
Kebatinan :
1. Pertama Ilmu Kebatinan berdasar Ke Tuhanan .
2. Kedua Ilmu Kebatinan yang menuju kearah kerukunan bersama.
KIRANYA ITU DULU YANG BISA KAMI BAGI,
TULISAN INI BUKAN KARYA KAMI SEPENUHNYA...
Trimakasih semoga bermanfaat dan lebih menyadarkan kita tentang utamanya ajaran berketuhanan dan ajaran yang menuju kearah kerukunan bersama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment